Senin, 31 Maret 2014

Ops Gabungan Cipta Kondisi Polres Konawe Libatkan Ratusan Personil

                               

Foto : Kapolres Konawe AKBP Dr.Barito Mulyo Ratmono,SIK.,SH.,M.Si saat memantau Kegiatan Ops Gabungan Cipta Kondisi 31 Maret 2014 (Doc.Red*) 
Foto : Apel Pasukan Ops Gabungan Polres Konawe setelah kegiatan dipimpin oleh Kabag Ops Kompol Jarwadi (Doc.Red*)

Foto : Lokasi Parkiran Motor yang diamankan hasil Ops Gabungan 31 Maret 2014 di halaman rumah warga yang selanjutnya akan digeser ke Polres Konawe.(Doc.Red*)

  
Foto : Suasana kegiatan Ops Gabungan Cipta Kondisi Jelang Pemilu 2014 di Rahabangga Kec.Uepai Kabupaten Konawe (31/3/20414)


   
                            
Foto : Anggota Sat Reskrim Polres Konawe, kiri kekanan Brigadir Wa Ode Priyaty Halma, Bripka AJ Hendra, Bripka Ramlan,SH, Brigadir Anwar, Brigadir Hendriawan, Brigadir Mukhlis (Doc.Red*)
Konawe, Sultra Ekspress
Operasi Gabungan yang dilakukan Polres Konawe disejumlah titik rawan melibatkan  sekitar 200 Personil masing-masing Satuan Polres Konawe. Terfokus pada pelanggaran Lalu Lintas, Sajam, Miras, Narkoba dan pelanggaran lainnya ya ng dianggap dapat mengganggu Kamtibmas. " Kegiatan pada hari ini adalah kegiatan Cipta Kondisi dalam rangka menjelang PEMILU yang sisa delapan hari, melibatkan sekitar dua ratus personil semua satuan Polres Konawe,"Kata AKBP Dr.Barito MR Kapolres Konawe.
Menurutnya kegiatan Polres Konawe dalam rangka pengamanan PEMILU 2014 ini dilaksankan secara Random dan mengamankan sekitar 30 unit kendaraan bermotor dan pada hari ini, Senin (31/3/2014) masih dalam tahap proses karena adanya sejumlah pelanggaran yang masih dalam tahap penyelidikan pihaknya."Skala prioritasnya tentunya mengarah pada pengamanan PEMILU 2014 yang sisa delapan hari, ungkapnya. Lanjut dia, kami menghimbau kepada masyarakat agar kiranya dalam mengendarai kendaraan bermotor supaya melengkapi diri dan kendaraannya demi kenyamanannya diperjalanan dan keselamatan diri dan pengguna jalan lainnya,"pungkas AKBP Dr.Barito MR Kapolres Konawe dihadapan sejumlah Wartawan.
Sementara sejumlah pengguna jalan yang sempat ditanya dengan kegiatan ini meresponnya dengan positif dan bahkan mengatakan," jika ini dilakukan terus oleh Kepolisian maka kejadian Laka Lantas dan pelanggaran lain di jalan raya akan terkendali begitu pula dalam hal tindakan kriminal bisa teratasi dengahn operasi Minuman Keras, Operasi Narkoba dan Senjata Tajam mengingat daerah Konawe merupakan daerah perlintasan dari Kolaka menuju Kota Kendari dan begitu pula sebaliknya yang mana rawan akan Laka Lantas dan pelanggaran hukum lainnya," ungkap Udin salah satu pengendara Motor tujuan Kolaka.
Kegiatan hari itu dimulai pukul 07.30 wita dan berakhir pada pukul 11.30 wita, hadir pada kegiatan itu Kapolres Konawe AKBP Dr.Barito Mulyo Ratmono,SIK.,SH.,M.Si, Wakapolres Konawe Kompol Samin,SIK, Kabag Ops Polres Konawe Kompol Jarwadi, Kabag Sumda Polres Konawe Kompol Ramsi, Kabag Ren Polres Konawe AKP Aris R.
Kasat Sabhara Polres Konawe AKP Irwan Tahir, SE.,M.Si, Kasat Lantas Polres Konawe AKP Surya Dharma, Kasat Intel Polres Konawe AKP Agus Winarko,SH dan sejumlah petinggi Polres Konawe lainnya. Setelah kegiatan itu berakhir kendaraan yang ditahan karena meiliki sejumlah pelanggaran baik pengemudi maupun kendaraannya yang tak lengkap langsung diamankan di Mapolres Konawe untuk ditindak lanjuti dan pemilik kendaraan dan pengemudinya diberikan surat tilang ditempat Ops Gabungan tersebut.(Red*)



Kadis PK Konawe Diduga Gelapkan Dana Bintek


Konawe, Sultra Ekspress


Pemerintah Kabupaten Konawe melalui Dinas Pendidikan telah mencairkan dana Bimbingan Teknis (BINTEK-red) kepada para pengawas di sekolah tingkat TK, SD, SMP, SMA se-Kabupaten Konawe, Maret 2014. Dana sebesar 400 juta itu kini menuai sejumlah permasalahan mengingat adanya sejumlah kongkalikong yang diduga kuat telah dilakukan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Konawe (Ridwan-red). Dana 200 juta rupiah diduga telah ditilep oleh Ridwan,S.Sos.,M.Si secara tunai melalui salah satu Kepala Bidang sebelum pencairan kepada penerima dana Bintek itu. “ Dana 200 juta yang diterima oleh Kepala Dinas PK Konawe terjadi sebelum kegiatan BINTEK dilaksanakan dana itu diterimanya melalui salah satu Kepala Bidang di Dinas PK,” jelas Sumber (NN).
Menurutnya, kejadian ini terjadi pada bulan Maret 2014 namun narasumber ini enggan untuk mempubikasikan namanya di publik. Kepala Dinas PK Konawe yang hendak di konfirmasi tak berada ditempat hingga berita ini diturunkan ia belum memberikan penjelasannya terkait tudingan yang ditujukan padanya.

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa dana yang dialokasikan dalam kegiatan bintek bagi pengawas tingkat, TK,SD,SMP, dan SMA telah dilaksanakan bulan maret 2014  di Hotel Nugraha, namun ironisnya kegiatan yang seharusnya dilaksanakan selama 5 hari, akan tetapi yang dilaksanakan hanya 1 hari saja, padahal kegiatan bintek pengawas  sesuai juknis yang ada diperuntukan untuk biaya ATK, honor panitia, biaya penginapan, konsumsi dan honor peserta,serta pengadaan buku-buku panduan, akan tetapi dana yang semestinya digunakan sebesar Rp. 400 juta itu hanya   digunakan sebesar Rp. 200 juta saja, lebihnya telah dipotong oleh kadis pendidikan.
Selain adanya pemotongan dana bintek itu, ia juga menambahkan lagi bahwa dana kegiatan penyusunan kurikulum SMA/SMKtahun 2013 tidak dilaksanakan padahal kegiatan ini telah dibuatkan laporan dengan menggunakan dana Rp. 195 juta, ironisnya, lagi - lagi kadis pendidikan juga telah memotong 95 juta rupiah sebelum kegiatan dilaksanakan.
Untuk itu ia berharap agar permasalahan ini segera dituntaskan oleh aparat hukum yang berwenang , karena menurutnya bahwa korupsi berjamaah yang dilakukan oleh oknum pejabat yang ada di dinas pendidikan kab. Konawe sangat memprihatinkan” Tolong supaya kasus ini bisa dituntaskan, kalau tidak percaya tolong agar PPATK segera memeriksa rekening setiap pejabat yang ada di dinas pendidikan kabupaten konawe “ katanya berharap.
Sementara Kepala Dinas PK Kabupaten Konawe (H.Ridwan-red) saat dikonfirmasi di ruang kerjanya terkait hal diatas mengatakan," Tudingan itu tidak benar karena selaku Kepala Dinas saya hanya bertugas untuk mengetahui dan menanda tangani pencairan dana untuk kegiatan, adapun dananya ditangani langsung di bidangnya masing-masing," ucapnya.
Lanjut dia, tak ada orang yang berani mengerjakan pekerjaan ataupun kegiatan itu jika saya sudah melakukan pemotongan apalagi sampai dua ratus juta, itu sangat tak masuk akal, jelasnya membantah tudingan itu.(Red*)



Minggu, 30 Maret 2014

Oknum Guru SD Aniaya Murid Hingga Pingsan




Foto : Indi Ayu Dwi Senia bersama ibunya

Konawe, Sultra Ekspress
Kelakuan yang tak mendidik dilakukan oleh salah satu oknum guru Jainar yang mengajar di SD N Dunggua Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe. Ia tega memukul Muridnya dengan Kayu sehingga menyebabkan murid bersangkutan pingsan sekitar 20 menit lamanya. “Saya dipukul oleh guru Kelas III Jainar karena marah dan menuduh saya dengan emapt temanku mengolok-ngolok di Kelas III, ia memukul kami menggunakan kayu sampai kayu itu patah,” kata Indi Ayu Dwi Senia (11 thn) Murid Kelas V SD N Dunggua.
Menurutnya, kayu yang dipukulkan kepadanya serta empat temannya patah karena kerasnya pukulan yang mereka terima dari Jainar yang seyogianya tidak menjadi guru. Sehingga Indi sempat pingsan karena selain rasa sakit yang dialaminyaia juga kaget serta trauma terhadap perlakuan gurunya itu. Indi mengakui jika dirinya tak pernah dianiaya sama kedua orang tuanya yang membuatnya hingga saat ini trauma dan takut untuk masuk Sekolah. Mendengar keluhan dari orang tua Indi dan keterangan dari Indi serta temannya (Era) yang juga mengalami penganiayaan oleh Jainar. “Saya dipukul di bagian belakang bersama temanku empat orang termasuk Indi, kami menangis karena takut dan kesakitan,” kata Era.
Iapun mengaku trauma dan masih takut masuk sekolah, mereka keberatan dan meminta agar gurunya ini diberikan sangsi karena telah menganiaya mereka.
Mengetahui hal ini Wartawan Sultra Ekspress mencoba berkunjung di SD N Dunggua untuk menemui pihak Sekolah dan guru bersangkutan yang menganiaya muridnya itu. Namun sungguh sangat disayangkan tak satupun guru yang mau memberikan penjelasan bahkan mereka meminta untuk tidak diliput karena takutnya akan terjadi sesuatu kepada Jainar guru penganiaya muridnya. Lebih ironis lagi Jainar melarikan diri dan meninggalkan motornya saat hendak di konfirmasi di Sekolahnya. Hal ini tentunya menimbulkan sejumlah pertanyaan bermunculan kenapa Jainar lari dan meninggalkan motornya, apakah karena takut dengan sorotan publik. Kelakuan dari Jainar ini diduga kuat melanggar Pasal 80 Ayat (1) UU Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang kepada pelakunya diancam hukuman penjara paling lama 3 tahun 6 bulan.
Dalam kasus ini tentunya pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Konawe diminta untuk bertindak tegas kepada oknum guru Jainar yang tak mendidik ini karena bukan kali pertama hal ini dilakukannya, sebab sejumlah sumber mengatakan jika dia (Jainar) telah melakukannya dulu di SD N Benua Kecamatan Amonggedo dan iapun berjanji tak akan mengulanginya lagi dan iapun harus dipindahkan ke SD N Dunggua namun lagi-lagi ia kembali melakukannya sehingga hal ini tak bisa lagi untuk dibiarkan ia lakukan tanpa ada proses hukum seperti apa yang diminta oleh kedua orang tua murid yang di aniayanya serta tuntutan dari sejumlah murid dan orang tua di SD N Dunggua itu.(Red)

Sabtu, 29 Maret 2014

Ini Kronologi Penangkapan Penculik Bayi di Bandung



Headline   v  
(Foto: ilustrasi)
Oleh: Ajat M Fajar
Jakarta, Sultra Ekspress
Polda Jawa Barat (Jabar) berhasil menangkap pelaku penculikan bayi pasangan Toni Manurung dan Lasmaria Boni Manurung pada Selasa (25/3) lalu oleh perempuan yang mengenakan pakaian ala dokter.

Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Martinus Sitompul mengatakan pihaknya telah berhasil menemukan bayi yang diculik dari RS Hasan Sadikin Bandung. Penangkapan ini dilakukan setelah pihak kepolisian menelusuri jejak pelaku lewat para saksi dan rekaman CCTV.

"Dalam penyelidikan, kami mendapatkan informasi-informasi yang akurat," ujar Martinus, Sabtu malam (29/3/2014).

Dia menjelaskan, pihaknya mendapatkan informasi pada hari Jumat sore soal jejak bayi yang diculik. Setelah ditelusuri akhirnya polisi meyakini jika bayi tersebut dibawa ke sebuah tempat.

"Pada pukul 20.30 WIB dengan beberapa anggota setelah memastikan itu bayi yang diculik kami langsung ke lokasi," imbuhnya.

Martinus mengatakan, saat melakukan penggerebekan ke sebuah rumah yang diduga sebagai tempat pelaku penculikan bayi, polisi langsung masuk namun tidak menggunakan cara kekerasan.

Sebab pihak Polda Jabar menyambangi rumah pelaku dengan menyamar sebagai tamu biasa. Namun pada saat mengetuk pintu, sang pelaku ternyata sedang keluar dan hanya menemui seorang laki-laki yang merupakan suami dari pelaku.

"Pelaku turun lalu pelaku katanya ke warung tapi kita harus cepat lalu kemudian kita naik ke lantai atas dan menemukan bayi yang diculik itu," ungkapnya.

Lebih lanjut dalam penjemputan bayi itu polisi tidak menangkap pelaku karena memang langsung kabur. Namun beberapa saat kemudian polisi mendapatkan informasi jika ada seorang perempuan yang berusaha loncat dari fly over.

"Setelah kami cek ternyata yang loncat itu adalah pelakunya," katanya.

Martinus mengatakan, saat ini pelaku langsung dibawa ke RS Hasan Sadikin Bandung untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. pasalnya pelaku mengalami luka cukup serius setelah lompat dari fly over.

"Kami masih dalami dan kita minta RS dirawat intensif karena dia loncat dari ketinggian 5-10 meter, pelakunya berinisial DS (30)," tandasnya.

Sebelumnya, bayi pasangan Toni Manurung dan Lasmaria Boni Manurung pada Selasa (25/3) lalu diculik oleh perempuan yang mengenakan pakaian ala dokter.

Berbekal hasil pemeriksaan saksi dan rekaman CCTV, pihak kepolisian menduga pelaku penculik bayi di RS Hasan Sadikin Bandung bekerja tidak seorang diri alias berkelompok dan sudah profesional.[jat]

Kamis, 27 Maret 2014

UPACARA MELASTI BERSAMA MENYAMBUT TAHUN BARU CAKA 1936 PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA KAB. KONAWE THN .2014






Pelaksaan Upacara Melasti dilakukan tiga hari (tilem kesanga) sebelum Hari Raya Nyepi, Upacara Melasti bisa juga sebut upacara Melis atau Mekilis, dimana pada hari ini umat Hindu melakukan sembahyangan di tepi pantai dengan tujuan untuk mensucikan diri dari segala perbuatan buruk di masa lalu dan membuangnya kelaut,ini dilaksanakan sebelum merayakan Tapa Brata penyepian.

Dalam lontar Sundarigama berbunyi seperti ini:"....manusa kabeh angaturaken prakerti ring prawatek dewata.". Sementara Melasti dalam ajaran
Hindu Bali berbunyi nganyudang malaning gumi ngamet Tirta Amerta atau menghanyutkan kekotoran alam menggunakan air kehidupan. Laut sebagai simbol sumberTirtha Amertha (Dewa Ruci, Pemuteran Mandaragiri). Umat Hindu di Bali melaksanakan upacara Melasti sebagai rangkaian pelaksanaan perayaan Hari Raya Nyepi.
Selain melakukan sembahyang, Melasti juga adalah hari pembersihan dan penyucian aneka benda sakral milik Pura (pralingga atau pratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya) benda benda tersebut di usung dan diarak mengelilingi desa, ini bertujuan menyucikan desa, selanjutnya menuju samudra, laut, danau, sungai atau mata air lainnya yang dianggap suci.
Upacara dilaksanakan dengan melakukan sembahyangan bersama menghadap laut, seluruh peserta upacara mengenakan baju putih. Setelah upacara Melasti usai dilakukan, seluruh benda dan perlengkapan tersebut diusung ke Balai Agung Pura desa. Sebelum Ngrupuk dilakukan nyejer dan selamatan. Umat Hindu di Bali berharap mendapat kesucian diri lahir batin serta mendapatkan berkah dari Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan datang.
Untuk menyambut Hari Raya Nyepi, pelaksaan upacara Melasti ini di bagi  berdasarkan wilayah, di Ibukota provinsi dilakukan Upacara Tawur. Di tingkat kabupaten dilakukan upacara Panca Kelud. Di tingkat kecamatan dilakukan upacara Panca Sanak. Di tingkat desa dilakukan upacara Panca Sata. Dan di tingkat banjar dilakukan upacara Ekasata. Sedangkan di masing-masing rumah tangga, upacara dilakukan di natar merajan (sanggah).

Makna dari upacara Melasti adalah suatu proses pembersihan diri manusia, alam dan benda benda yang di anggap sakral untuk dapat suci kembali dengan melakukan sembahyang dan permohon kepada Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa), lewat perantara air kehidupan (laut, danau, sungai ), dengan jalan dihayutkan agar segala kotoran tersebut hilang dan suci kembali. Upacara ini juga bertujuan memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar Umat Hindu diberi kekuatan dalam melaksanakan rangkaian Hari Raya Nyepi.
Pelaksanaan Ritual dan seluruh perlengkapan (pralingga atau pratima Ida Bhatara benda benda yang suci dan dianggap Sakral)harus sudah kembaliberada di bale agung selambat lambatnya menjelangsore.

Pelaksaaan upacara Melasti dilengkapi dengan berbagai sesajen sebagai simbolis Trimurti, 3 dewa dalam Agama Hindu, yaituWisnu, Siwa, dan Brahma. serta Jumpana singgasana Dewa Brahma.

Dalam Lontar Sunarigama dan Sang Hyang Aji Swamandala ada empat hal yang dipesankan dalam upacara Melasti:
  1. Mengingatkan agar terus meningkatkan baktinya kepada Tuhan (ngiring parwatek dewata).
  2. Peningkatan bakti itu untuk membangun kepedulian agar dengan aktif melakukan pengentasan penderitaan hidup bersama dalam masyarakat (anganyutaken laraning jagat).
  3. Membangun sikap hidup yang peduli dengan penderitaan hidup bersama itu harus melakukan upaya untuk menguatkan diri dengan membersihkan kekotoran rohani diri sendiri (anganyut aken papa klesa).
  4. Bersama-sama menjaga kelestarian alam ini (anganyut aken letuhan bhuwana).
Pelaksanaan Upacara:
  1. Upacara Melasti dimulai iring-iringan umat membawa sarana-sarana upacara serta jempana dan barong yang akan diarak menuju tempat sumber air (danau, sungai atau pantai yang letaknya tidak jauh dari Pura di desa terdekat) dengan diiringi tabuh beleganjur.
  2. Setelah tiba di tepi sumber air, upacara Melaspas  dilanjutkan dengan proses pengambilan air suci gunak membersihkan sarana-sarana upacara termasuk jempana dan barong. Dalam pelaksanaan upacara ini dilakukan sembahyangan bersama. Setelah sembahyangan bersama seluruh sarana-sarana upacara serta barong dibawa kembali ke pura.
  3. Upacara Melaspas kemudian dilanjutkan dengan upacara Tawur Agung yang dilaksanakan di pelataran parkir Pura. Dalam upacara Tawur Agung ini dihaturkan persembahan berupa caru yang ditujukan kepada para bhuta. Setelah penghaturan caru dilanjutkan dengan pengerupukan dengan membunyikan kentongan dan membakar obor. Obor dan suara dari kentongan tersebut dibawa berkeliling  di areal Pura. Sesampainya kembali di pelataran parkir semua sarana upacara tersebut dibakar menjadi satu.
  4. Upacara pengerupukan dan Tawur Agung ditutup dengan pelaksanaan kirtan Tri Murti di tempat pembakaran sarana upacara. Setelah kirtan, umat berisitirahat sambil menunggu pesiapan persembahyangan tilem. Persembahyangan tilem berjalan dengan khidmat dan lancar hingga usai.
Pelaksanaan Upacara Melasti ini menjadi salah satu daya tarik wisata yang saat menarik untuk disaksikan, bagi anda yang ini melihat keunikannya upacara Melasti, kita tunggu kedatangan anda ke Bali pulau Dewata.

Melasti ngarania ngiring prewatek Dewata anganyutaken laraning jagat papa klesa, letuhing bhuwana. (Lontar Sang Hyang Aji Swamandala). Maksudnya: Melasti adalah meningkatkan Sraddha dan Bhakti pada para Dewata manifestasi Tuhan Yang Mahaesa untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa dan mencegah kerusakan alam. Setiap Sasih Kesanga umat Hindu di Nusantara mengadakan Upacara Yadnya yang disebut melasti yang dilanjutkan dengan nyejer. Ritual melasti dan nyejer ini sebagai pendahuluan dari Hari Raya Nyepi. Melasti, Nyejer dan Nyepi sebagai kegiatan keagamaan Hindu untuk memperingati Tahun Baru €aka. Hakikat semua perayaan keagamaan Hindu tersebut sebagai suatu proses evaluasi penyelenggaraan kehidupan yang dilakukan setiap tahun. Proses evaluasi ini amat dibutuhkan untuk mencermati penyelenggaraan kehidupan di bumi ini agar senantiasa berada dalam jalur yang benar sesuai dengan ketentuan pustaka suci Weda. Kutipan Lontar Sang Hyang Aji Swamandala di atas itu, menjelaskan empat tujuan Melasti. Sedangkan tujuannya yang tertinggi dinyatakan dalam Lontar Sunarigama yang dinyatakan dalam bahasa Jawa Kuno sbb: ”Melasti ngaran amet sarining amertha kamandalu ring telenging segara. ” Maksudnya: Dengan Melasti mengambil sari-sari kehidupan di tengah samudra. Dua kutipan Lontar ini, sudah amat jelas makna ritual Melasti itu sebagai proses untuk mengingatkan umat manusia akan makna tujuan hidupnya di bumi ini. Tuhan telah menciptakan berbagai sumber alam sebagai wahana dan sarana kehidupan bagi umat manusia hidup di bumi ini. Untuk hidup di bumi ini hendaknya menggunakan sari-sari alam ciptaan Tuhan. Ini artinya hendaknya dihindari mengeksploitasi sumber alam ini secara berlebihan. Untuk melakukan hal itu, umat manusia dimotivasi dengan ritual sakral tiap tahun dengan Upacara Melasti. Dari kutipan Lontar tersebut di atas, maka Melasti itu ada empat sasarannya yaitu: 1. Ngiring Prawatek Dewata. Artinya membangun sikap hidup untuk senantiasa menguatkan sraddha bhakti serta patuh pada tuntunan para Dewata sinar suci Tuhan. Umat Hindu di Bali melakukan Upacara Melasti dengan melakukan pawai keagamaan yang di Bali disebut mapeed untuk melakukan perjalanan suci menuju sumber air seperti laut dan sungai atau mata air lainnya yang dianggap memiliki nilai sakral secara keagamaan Hindu. Saat perjalanan suci dengan mapeed itu umat diharapkan melakukan bhakti pada Dewata manifestasi Tuhan dengan simbol-simbol sakral yang lewat di depan rumahnya atau sembahyang bersama saat sudah di tepi laut atau sungai. 2. Anganyutaken Laraning Jagat. Ini artinya dengan Upacara Melasti umat dimotivasi secara ritual untuk membangkitkan spiritual kita untuk berusaha menghilangkan Laraning Jagat (Sosial care). Istilah Laraning Jagat ini memang sulit sekali mencari padanannya agar ia tidak kehilangan makna. Kata Lara dan Jagat sudah sangat dipahami oleh umat Hindu di Bali. Lara ini agak mirip dengan hidup menderita. Hanya yang disebut dengan Lara tidaklah semata-mata orang yang miskin materi. Banyak juga orang kaya, orang berkuasa, orang yang berpendidikan tinggi, keturunan bangsawan hidupnya Lara. Orang kaya menggunakan kekayaannya untuk membangkitkan kehidupan yang mengumbar hawa nafsu. Kekuasaan dijadikan media untuk mengembangkan ego untuk bersombong-sombongria, atau menggunakan kekuasaan untuk mengeruk keuntungan pribadi bukan untuk mengabdi pada mereka yang menderita. Demikian juga banyak ilmuwan menjadi sombong karena merasa diri pintar. Banyak juga orang yang meninggi-ninggikan kewangsaannya. Sifat-sifat yang negatif itulah yang akan menimbulkan disharmoni dalam kehidupan bermasyarakat. Jadinya menghilangkan Laraning Jagat hendaknya diaktualisasikan untuk menghilangkan sumber penderitaan masyarakat baik yang bersifat Niskala maupun yang bersifat Sekala. 3. Anganyutaken Papa Klesa. Para Pinandita maupun Pandita dalam mengantarkan Upacara Keagamaan Hindu selalu mengucapkan Mantram: Om Papa Klesa Winasanam. Mantram ini hampir tidak pernah dilupakan. Arti Mantram tersebut adalah: Ya Tuhan semoga Papa Klesa itu terbinasakan. Hidup yang ”papa” disebabkan oleh sifat-sifat klesa yang mendominasi diri pribadi manusia. Mengenai Klesa sebagai lima kekuatan negatif yang dibawa oleh Unsur Predana sudah diterangkan di bagian depan dari tulisan ini. Lima klesa (Awidya, Asmita, Raga, Dwesa dan Abhiniwesa) inilah yang harus diatasi agar jangan hidup ini menjadi papa. Hidup yang papa itu adalah hidup yang berjalan jauh di luar garis Dharma yang membawa orang semakin jauh dari Tuhan. 4. Anganyuntaken Letuhing Bhuwana. Yang dimaksud dengan Bhuwana yang ”Letuh” adalah alam yang tidak lestari. Letuh artinya kotor lahir batin. Atau dalam istilah Sarasamuscaya disebut Abhuta Hita artinya alam yang tidak lestari. Bhuta artinya unsur yang ada. Bhuta itu ada lima sehingga disebut Panca Maha Bhuta. Lima Bhuta tersebut adalah: pertiwi, apah, bayu, teja dan akasa. Lima unsur alam itulah yang wajib kita jaga kesejahteraannya. Jangan lima unsur Bhuta itu diganggu kelestariannya. Jadinya Upacara Melasti itu adalah untuk menanam nilai-nilai filosofis tersebut, sehingga setiap orang termotivasi untuk melakukan tiga langkah tersebut dalam hidupnya secara sadar dan terencana sebagai wujud bhakti pada Tuhan. Tentunya Upacara Melasti akan menjadi mubazir kalau bhakti kita pada Tuhan tidak diwujudkan untuk membenahi diri dengan menjadikan informasi agama sebagai kekuatan melakukan transformasi diri menghilangkan Panca Klesa. Dari diri yang berubah itulah, kita meningkatkan kepedulian kita pada perbaikan sosial (Sosial Care) yang disebut ”Anganyutaken laraning jagat”. Selanjutnya Melasti untuk memotivasi umat melakukan upaya pelestarian alam lingkungan